top of page

Pengalaman Mengikuti International Conference (EASE 2015) di Beijing Normal University, 16-18 Oktobe

Beijing: antara trauma, penuh tantangan, menegangkan, dan ingin balik lagi

_______________________________________________________________________ Bag. 1--Rasa was-was yang berbuntut trauma (a) Setelah semua persiapan serasa beres, sholat dzuhur pun dah kelar, akhirnya berangkatlah Saya menuju stasiun zhixue dengan tas punggung dan satu koper kecil. Material seperti ppt, conference program, Beijing map, subway map, dan makanan ringanpun tak ketinggalan. Saya baca sepintas di list conference program pesertanya banyak banget: secara otomatis tuan rumah, asia timur minus korea utara, asia tenggara, US, germany, dan banyak lagi mungkin 500 an peserta. Keynote speakernya pun org org top di science education. Siapa yang tidak kenal Norman G Lederman, Jonathan Osborne, Charles Anderson, Knut Neumann, Masakata Ogawa, Lei Wang, dan masih banyak lagi...semuanya adalah org orang top termasuk juga sebagai editor di journal kelas wakhid bidang science education. Perjalanan menuju stasiun Hualien pun gak sampai 30 menit pun akhirnya membawa saya mampir di toko Yani-toko indo yang ada sekitar 300 meter di sisi belakang stasiun. Mengisi perut dengan makanan khas Indonesia adalah hukumnya wajib sebelum perjalanan sekitar 3 jam dengan train menuju stasiun Taoyuan. Sambil menunggu jadwal kereta yg masih ba'da maghrib, kamipun ngobrol ngalor ngidul dgn sang pemilik toko maupun beberapa TKI di sana. ........................Akhirnya tibalah saatnya....dan petualangan baru di mulai. Di atas kereta Puyuma 285 yang asri nan bersih,pikiranpun melambung ke sana kemari, mulai dari ingatan akan keluarga di Indonesia. Momen manis saat mbolang bertiga ke Jakarta dan Bogor saat liburan summer kemarin. Bahkan juga lamunan akan Beijing. Seperti apa ya Beijing itu? Apakah rapi dan tertib seperti Singapore? Apakah orangnya ramah-ramah seperti di taiwan?. Nah pertanyaan terakhir ini yg membuat susah tidur meski dengan kenyamanan si Puyuma. Mengingat banyak citra negatif baik dari kawan, googling, maupun youtube baik itu soal toilet, not care each other, polusi, dsb..... Tak terasa jam 20.58,si puyuma sudah sampai dan petualangan di lanjut dgn taksi menuju terminal 2 Taoyuan. Suasana yang agak malam, perjalananpun cukup lancar sampai akhirnya pukul 22.00 saya sudah duduk di salah bilik Mc D untuk mengisi lambung sekiranya untuk durasi sampai pramugari CI membagi makanannya esok hari di pesawat. Sudah kenyang akhirnya, rasa kantuk pun tiba dan setelah melalui proses searching singkat,saya dapatkan tempat untuk merasa lelah di lt 4 tepatnya dekat gate 1 departure. Memang sih, suasananya lebih nyaman di terminal 1 (soalnya ngalami hal serupa sebelum bertolak ke Singapore maret lalu). Mungkin sekitar 3 jam saja, sampai sampai di dekati dan dibangunkan security yg tanya jam berapa penerbanganmu? Ternyata sudah jam 3 dinihari, dan counter check-in beberapa maskapai sudah di buka. Saya pun bangun, ke toilet, sekaligus persiapan subuh krn check in pun masih kurang 2 jam..... ------------------------------------- Taoyuan airport, 16 Oktober 2015

Bag. 2--Rasa was-was yang berbuntut trauma (b) _____________________________________________________________ Setelah check-in beres, meski sempat dipanggil petugas counter saat antre imigrasi gara-gara power bank yg nggak sengaja nyala. Sempat dag dig dug, akhirnya imigrasipun lewat. Sekarang giliran nunggu pesawat yg akan terbang jam 08.05. Setelah sudah saatnya, pesawat berbadan lebar milik Twn government, yg ada tingkatnya di bagian depan inipun take-off. Tiga setengah jam lagi peswat baru mendarat, saya manfaatkan salah satunya menikmati film, yaitu fiksi ilmiah yang menceritakan seorang Prof beserta beberapa mhsswanya di California yang membuat pemodelan gempa di pantai barat US yg berhadapan dgn pacific ocean. Ternyata pemodelan tersebut terbukti dlm film tsb. Wow menegangkan, mulai dari gedung bertingkat yg ambruk sampai tsunami.. Pukul 11.15, pesawat sudah di apron terminal 3 Beijing capital airport. Wow ternyata udaranya kotor banget dan seperti pedut, bak kabut asap yg melanda Sumatra dan sekitarnya. Setelah beres urusan imigrasi, waktunya nunggu bagasi datang. Alhasil ini adalah stres pertama, koper hijau mungil yang dicari cari tak kunjung nongol. Saking banyaknya koper memang, karena saat itu dicampur dengan bagasi pesawat dari Austria. Sekitar sejam sejak di imigrasi tadi, membuat pikiran semakin kacau saja. Kalo hilang gimna? 3 hari nggak ganti baju nich? Sepatu saya di situ, maklum berangkat pakai sandal. Setelah belt-nya berhenti, saya tanyakan kepada petugas yg ada di situ, “apakah bagasinya sudah habis?” Dia bilang “ya”. Oh...koperku, jangan ajak aku main petak umpet dong. Mengingat deadline bagi peserta conference adalah petang ini dan sudah semakin mendekat. Alhamdulillah setelah mengelilingi belt bagasi, akhirnya misteri petak umpet pun terjawab. Huh, si hijau nangkring dipojokan namun beda belt. Wow... siapa ya yang iseng? bukan punyanya kok diambil, setelah tahu salah gak dikembalikan lagi. Di sinilah stereotip negatif mulai saya benarkan. Saya jadi ingat waktu ngobrol dengan mahasiswa ex-change dari mainland china. Dia sendiri merasa bahwa org org Twn lebih baik dari org org di negaranya. Setelah itu saya ingat pesan istri, nyampek Beijing jangan lupa ksh kabar. Akhirnya di sekitar situ pula saya antre beli kartu telepon. Sebenarnya counternya banyak namun yg bisa english hanya satu, ya jadinya mengular. Sambil berbasa basi depan saya ternyata pelancong dari Nigeria, dan belakang saya mbak cantik dari Rusia yang akan ke great wall katanya. Haduh, hampir 30 menit akhirnya dgn mebayar 120 yuan atau 600NTD dapet dech kartunya. Dan...langsung call...Halo Indonesia, I’m in Beijing now. Buru buru menuju pintu keluar. Ternyata masih ada x-ray lagi dan saya pun diinterogasi karena keluar gak sama rombongan satu pesawat. Akhirnya paspor, potongan tiket, identitas di buka lagi dech.... ____________________________________________________________ Hotel Yuan Shan...malam hari 16 oktober 2015

Bag. 3—Dikerjai sopir taksi _______________________________ Setelah keluar dari “exit door” bergegaslah saya ke bag informasi, menanyakan dimanakah posisi subway-nya. Penginnya lgsung beli smart card. Setelah melalui serangkaian diskusi sy disarankan naik taksi saja, karena jarak subway ke hotel jauh,minim rambu. Begitu pula jarak halte bus ke hotelpun agak jauh. Maklum hotel yg akan ditempati ini adalah pilihan pihak committee yg dikhususkan bagi peserta terutama mhsswa PhD atau para professor yg milih low cost karena berkategori bintang 3. Akhirnya saya manut, didukung fakta bahwa saya setelah dr hotel harus ke beijing normal university (BNU) untuk registrasi. Kalo lihat di peta juga lumayan ruwet saja. Akhirnya di antrean taksi saya ditanya petugas, saya tunjukkan alamatnya. Alhasil sopir taksi pertama nolak, kedua nolak, karena gak tahu. Karena sy sodori alamat pinyin bukan yg versi china memang. Yang ketiga ini, dia tahu, mantuk-mantuk tandanya Ok. Argometer dinyalakan dan panel langsung menunjuk 13 yuan. Oh rate dasarnya segitu, pikir saya. Setelah 30 menit sunyi, saya lihat sekeliling saya putih mendung. Tiba tiba taksi berhenti, si sopir bilang “Wǒ bù zhīdào”, Saya jawab “what? Waktu itu taksi meter sudah menunjuk 25 yuan. Dalam kepanikan, darah menetes dari lubang hidung sebelah kiri. Mungkin karena perubahan tekanan, temperatur, kepala pusing. Ini adalah mimisan kedua setelah terakhir saat waktu SMA dulu, itupun karena kena bola. Nggak lama, si taksi driver menghentikan laju camry hitam yg disopiri seorang pemuda. Setelah dua org tsb berbasa basi pakai mandarin, saya dibilangin oleh pemuda td yg memang lumayan englishnya, kalo dia mau antar asalkan bayarnya 585 yuan. Gila tidak? Katanya 85 untuk taksi, dia 500. Karena hotel ini wilayah west beijing katanya. Kalo dicompare dengan penjelasan bag informasi tadi sih, ongkos taksi ke hotel antara 85-150 tergantung jalur yg dipakai. Sambil menyeka hidung, saya bilang ke taksi driver kamu membohongi saya. <<Kalo di surabaya, wes wanih gelut wae. Awak dewe iki bonek rek...>>akhirnya tanpa banyk pikir, meski angka tersebut sebenarnya berat, atau hampir sepertiga uang saku saya, belum lagi nanti bayar hotel dsb...di perjalanan saya lebih banyak diam, sesekali merespon pertanyaannya. Yang sangat tidak sopan lagi, saya harus kasih uang 585 tsb di tengah perjalanan. Saya kira awalnya untuk byr tol, saya kasih saja 85. Eh dia minta semua. Akhirnya dengan ketakutan, kuatir dibuang di tengah jalan atau diapa-apakan akhirnya saya turuti. Dengan sangat cemas saya baca setiap rambu dan saya cocokkan dengan peta di tangan, alhamdulillah sudah mendekati yunmin rd. Tetap bersyukur akhirnya nyampek hotel Grand Yuan Shan. Si lelaki tadi menang semringah sambil menyalami saya sambil bilang terima kasih dlm bhs indonesia. Menjengkelkan tidak...? __________________________________________________________ Hotel Yuan Shan...malam hari 16 oktober 2015

Bag. 4—Receptionist yang salah kasih room-card __________________________________________________________ Lupakan sejenak insiden taksi dan taksi gelap tadi. Kali ini saya sudah check-in hotel. Saya tunjukkan bukti email dari panitia conference bahwa telah diatur roammate saya dari USM Malaysia, sebut saja Mas Syahrir. Kami sudah sempat kontak beberapa hari sebelumnya via researchgate. Menurut list, dia seharusnya satu hari lebih awal datangnya daripada saya. Biarpun begitu komunikasi tidak bisa dilakukan dikarenakan komunikasi sulit, di negeri ini gak bisa lagi, fb, gmail, google dipakai karena di block. Yang bisa hanya WA. Mungkin sarana ini kurang familiar di kota ini. Setelah berkomunikasi yg lebih banyak bhs isyarat, dia ndak paham inggris dan sy pun gak paham mandarin, sy harus bayr deposit 1000 yuan. OMG, habis dech isi dompet. Kirain yg hanya 3 hari cukup 100 atau berapa gitu. Soalnya dari komunikasi email sebelumnya, dikarenakan sy sharing ama roommate, rate per night sekitar 200-250 an. Wah uang jatah walking-walking habis nich.??? Setelah card diterima, saya baca 1121. Oh lantai 11 nomor 21 pikir saya. Saya ketok pintu, bisa saja mas Syahrir ada di dalam. Satu kali, dua kali, gak ada respons, saya buka sendiri pakai card saya. Memang gak ada orang. Kagetnya bukan kepalang. Disitu ada dua bed, satu bed sangat acak acakan. Ada baju wanita, daleman wanita, makanan berserakan, wis jorok banget dech. Pikiran positip masih muncul. Oh bisa jadi ini seperti singapore, share kamar mungkin, benak saya. Satu bed untuk saya dan syahrir, yang satu bed lagi untuk (mungkin pasangan suami istri). Pikir saya, apa betul ada hotel model ginian ya?terus malam nanti gimna? Hahaha?.....pikiran dah macammacam. Dulu saat di singapore aja, yang namanya share room model dormitory itu satu ruang satu bed meski bisa milih sejenis (laki laki semua maksudnya) atau berbeda jenis tapi ada sekatnya. Lah ini??????............... Lanjut, saya buka lemari, wow onderdil wanita, di kamar mandi dan toilet apalagi. Akhirnya saya mencari kejelasan ke receptionist dengan naruh koper ama berganti dari sandal ke sepatu dengan niatan langsung menuju campus BNU (jadwal registrasi kurang 2 jam soalnya) jika keadaannya memang demikian adanya. Ternyata apa yg terjadi.?petugasnya salah kasih card mestinya saya dapat 1021 bukannya 1121. Manajernya berulang kali minta maaf, namun msh ada pikiran mengganjal bahwa koper saya msh di 1121. Akhirnya dibantu room boy sy diijinkan ambil koper untuk pindah ke 1021. Oh....gara gara angka 0 dan angka 1..... Setelah lewat tengah malam saat nulis ini, saya sadar akan melupakan sandal saya. Padahal sandal penuh kenangan. Oh udalah gak apa....kalo balik pun bisa dicurigai macem macem. Di room 1021 pun, dgn hati hati saya cek dulu oh ternyata ada identitas kuala lumpur. Ini pasti milik syahrir dan saya persilahkan room boy meninggalkan saya. Tanpa mandi, hanya sholat saja dengan arah kira-kira kiblat, langsung turun dan minta dicarikan taksi yg mau antar saya ke BNU dan tidak menipu lagi sperti sebelumnya. Menurut pihak hotel kisaran antara 16-20 yuan. Alhamdulillah dpt sopir taksi cewek yg ramah dengan biaya cuma 19 yuan.oh inilah Beijing Normal University. Konon kabarnya kampus ini ibarat kampus LPTK (kalo di indonesia) terbaik di China. _________________________________________________________ Hotel Yuan Shan...malam hari 17 oktober 2015

Bag. 5—Menyenangkan, para peneliti dunia berkumpul.

________________________________________________________ Pagi hari di hari Sabtu, 17 Oktober, EASE (East Asian Association for Science Education) conference di buka oleh ketua EASE Prof Lei Wang dari BNU. Dilanjutkan presentasi profesor Xiufeng Liu dari SUNY, New York ttg tantangan science education di barat dan timur. Invited speaker kedua adalah Prof lederman dari Illinois yg berbicara panjang lebar ttg NOS disusul oleh Jonathan Osborne dari Standford dengan scientific reasoning-nya, wow saya merasa takjub. Semua bhs inggisnya enak di telinga. Baru kali ini ikut seminar internasional yg bisa bertatap langsung dgn org-org top tersebut. Sesi pagi ditutup oleh ketua EASE dgn topik performance siswa SMP-SMA di china akan fisika-biologi dan kimia. Oh ya, hebatnya panitia menyediakan fasilitas headphone translator loh bagi yg kesulitan english. Para peserta lokal bnyk memanfaatkan fasilitas ini. Kali ini saya sudah bisa menghilangkan trauma saya, setelah tahu bahwa mas Syahrir jg mengalami hal serupa.Dia kena tipu 985 (hampir 1000 yuan). Oh ternyata ada temannya pikir saya. Ditambah lagi ada satu teman dari bandung (sebut saja Bu Lely) yg juga lagi study di Shizuoka Japan. Dan kami juga kenalan dengan pembimbing beliau dan dua temannya yg kebetulan gundul (kaya upin dan ipin) kemana mana berdua, haha..namanya Tomoki Saito yg satunya lupa. Jadinya ada dua orang pemegang paspor Indonesia di event ini. Setelah lunch, kita bertiga kebetulan punya keperluan yg sama, akhirnya difasilitasi untuk bisa sholat di salah satu ruang kosong di SD Labschool BNU. Alhamdulillah kampus ini juga menu halal food. Di sesi siang tidak kalah menariknya, diawali oleh Professor Anderson dari Michigan dengan topik learning progression dan disusul Knut Neumann (Kiel-Germany) yg membicarakan developing compentence in science. Yang lucu dan menarik adalah Mr Kibble dari Edinburg yg mengkombinasikan antara belajar science dan belajar english dengan sesekali bernyanyi, kontan saja semua beserta semangat bangun dari kantuknya. Sesi ini ditutup oleh pejabat kementerian pendidikan di Beijing, Mr Ding. Esoknya gilirAn kami yg ikut oral presenter dan poster exhibition unjuk gigi. Saya yang membawakan dua paper,satu tentang science communication dan satunya self-efficacy in physics education. Sempat tegang di presentasi kedua sih karena di situ ada Prof Flick dari Oregon dan Sonya Marthin dari Macquarie yg lg visiting profesor di seoul. Kuatir kalo ditanya, bukan hanya mikir jawabannya tapi juga mikir pertanyaannya...paham apa nggak ya? Hahaha. Sementara yang lain ada yg filipina, korea, thailand,hongkong, japan, singapore, taiwan sendiri yg notabene bhs inggris beda beda tipis. Setelah sesi tersebut, masih tinggal beberapa invited speaker sbgai representasi perwakilan region sebelum conference di tutup. Diawali prof Matsuuura dari Japan ttg rethinking reasoning, Prof Kim dr Seoul ttg scientifics modeling, prof She dari Chiotung Twn ttg neuro science. Selanjutnya, dua pembicara terakhir adalah Alice Wong dari Hong Kong yg mengulas kembali TIMSS dan PIRLS 2011 di negerinya, lantas dipenghujung ,ditutup oleh Prof Hu dari Shaanxi Normal University yg study ttg science textbook. Pembicara terakhir ini sekaligus moderator kami waktu sesi paralel. ____________________________________________________________________ Hotel Yuan Shan...malam hari 18 oktober 2015

Bag. 6—Di jalan sutera itu—Silk Market dengan harga yang menggila ____________________________________________________________________ Jumat malam di gerbang BNU. Lupakan urusan akademik, kali ini bicara silk market. Setelah registrasi conference di BNU kelar dengan mendapat satu tas paket conference termasuk sertifikat, langsung balik ke gerbang kampus dan tanya ke satpam, jalan ke Yong’anli. Akhirnya dia membantu mencarikan taksi dan dia bilang gak sampai 50 yuan. Bener aja setelah sekitar sejaman karena macet nyampek juga di silk street dengan berbayar 39 yuan. Meski harus nyeberang dgn melintas bawah jalan utama atau satu area dengan subway yong’anli akhirnya baru bisa berkata: “ oh bangunan ini sama persis dengan yang diyoutube itu ternyata”. Ya alhamdulillah silk market, jujukan para bule. Setelah masuk ke dalam bangunan dgn empat lantai utama itu, mmg bnyk turis dan penjual yang jg pinter pinter untuk urusan bhs inggris dagang. Sambil melototi setiap bilik, barang apa yg dijual dan tentunya berapa harganya, saya jadi ingat cerita pak Made-guru sejarah saat SMA, yg pernah cerita soal jalan sutera. Apakah itu yang dimaksud ya? Ada kaitannya nggak dgn yg ini?. Selanjutnya...Saya tertarik pada toko kain sutra, dari dialog singkat tahu kalo harga permeter kain yg sy pegang 500 yuan? Atau 2500NTD. betul nggak sih nih harga? Dari tips seorang bule di youtube, kalo ditempat ini tawarlah dari 10%. Kalo gak boleh ya tinggal saja, nanti biar penjualnya yang merasa butuh akan mengejar kita: Come Sir, please......Akhirnya saya iseng, saya bilang Wǔshí=50, kontan si penjual ngomel dan bilang “do not come back ... go away!” gak apa batin saya. Saya tidak akan tertipu untuk yang kedua kali. Lantas, naik ke lantai atasnya, disitu pernak pernik souvenir. Gantungan kunci ditawarkan 150 yuan, alhamdulillah dgn alot akhirnya Cuma 20 yuan itupun dapet 5 dan saya yakin bisa jadi kulakannya mungkin 2 yuan atau 3 yuan kalo dicompare ame di Shunlin night market Taipei. Ya udahlah gak apa. Kemudian beralih ke miniatur pesawat, kalo kita beli ke pramugari sbg contoh China Airline saat ini dijual 1600 NTD atau 320 yuan (dari majalahnya sih)...namun di sini di tawarkan 300 Yuan perunit. Tanpa banyak pikir, inget resep 10 persen yg manjur itu. Akhirnya saya tawar dari 10, kali aja boleh...dengan nada marah sih penjual ngomel, akhirnya saya tinggal. Eh nggak lama saya digandeng ditarik kembali katanya 100 aja gak apa. Bener kan gila harganya? Dari ngomong 300 turun langsung 100. Akhirnya saya nyerah diangka 60 yuan tapi dapat dua, karena saya sendiri butuh untuk nambah pajangan koleksi pesawat di rumah. Alhamdulillah, pantas harganya menurut diri saya sendiri. Setelah balik ke hotel dan ngobrol dengan mas Syahrir-USM, dia cerita bahwa siang tadi dia sama mbak Lely Shizuoka muter muter naik subway ke forbidden city terus beli souvenir. Dia dapat harga 8 yuan per biji loh. Oh syukur dech, saya cuman 4 yuan. Hehehe, kali ini sudah agak bangga, wis ora ketipu maneh.. ____________________________________________________________________ Dormitory V NDHU Taiwan.....menjelang magrib, 20 oktober 2015

Bag.7—Penutupan yang mendebarkan _____________________________________________________________________________________

Kembali ke dalam forum conference, kali ini suasana saat penutupan. Memang dari jumlah peserta antara pembukaan hari Sabtu pagi dan penutupan minggu petang jumlahnya menurun drastis. Saat pembukaan diumumkan bahwasanya peserta non china ada 520 orang ditambah dari negeri tirai bambu sendiri ada 350. Total paper sebanyak 460 dan masih tambah lagi 133 poster. Fantastik dari sisi jumlah, kualitasnya pun mantap pisan. Yang membuat saya dan syahrir bertahan sampai penutupan adalah kami sama sama kirim aplikasi untuk young scholar awards. Itung itung nambah pengalaman sekaligus hadiahnya lumayan utk mhsiswa, 200USD. Ditambah lagi sudah diskenario bahwa setelah penutupan kita berdua akan menjelajah beijing di malam hari dengan sub way, terutama ke wanfujing dan ngantar dia untuk balik lagi ke silk market. Lima penghargaan pertama adalah distingushing awards yang diberikan kepada perwakilan dari negeri negeri di asia timur, Taiwan dapat 1, Beijing 1, Korea 1, Hong Kong 1,dan Japan 1. Alhamdulillah, dosen fav saya pengajar conceptual change menjadi salah satu bagian di dalamnya. Meski asal kampusnya diketik salah oleh panitia. Jadi dech nama Dong Hwa sementara nggak bunyi. He he. Penghargaan berikutnya adalah 5 outstanding paper awards bagi para professor, kalo nggak salah dengar Taiwan terbanyak dengan 2 awards. Nah, terakhir kini gilirannya pada Young Scholar Awards, yang ditunggu-tunggu. Award ini dikhususkan bagi master atau PhD student atau Profesor yang lulus PhD nya tidak lebih dari 5 tahun. Dengan kata lain kompetisi bagi para pemuda. Memang, siangnya mbak Ely sempat nggojloki saya dan Syahrir, wah sampean dapet Pak perwakilan Twn karena kirim dua paper. Syahrir juga sebagai perwakilan Malaysia. Tapi saya hanya senyum, mengingat pesertanya yg banyak banget, tapi ya gak apa kalo dpt hitung hitung dulu waktu di Singapore juga dapet, he he. Alhasil panitia mengumumkan bahwa untuk awards terakhir ini, hanya diberikan kepada dua orang alias gak jadi 5. Gak lama setelah itu, ada display ppt, bahwa yang melamar, Twn Cuma 2, Malaysia 1, China 1. Jadi yang berani berkompetisi cuman 4 orang. Otomatis bisa ditebak, satu dari Twn adalah saya dan satu satunya dari Malaysia adalah si Syahrir-si mhswa USM itu.Lah, disinilah letak mendebarkannya. Yang awalnya pesimis, ibarat ilmu statistik peluang naik drastis menjadi 25 persen. Lantas si Syahrir membisiki saya, wah kamu salah satunya, saya balik membalas malah kamu. Gimana kalo kita berdua????penuhharap.com.

Saya lantas berkelakar, “jangan jangan dua duanya bukan kita”. Finally, disebut satu persatu, dan ternyata yang nomer satu adalah dari Taiwan (kebetulan beliau satu ruang dgn saya waktu sesi paralel). Yang kedua tentu tuan rumah. Gigit jari dech kita berdua. Tapi nggak apa,sekedar menghibur diri, “kita masuk semifinalis bro, empat besar bro”, dengan logat melayunya yg kental......................................................................................juara tanpa mahkota. Sekamar lagi. Hahahaha...Meskipun demikian, tetap bangga karena Profesor saya dapat. Selamat kepada Prof Lin-jing Wen. Saya sangat bangga dengan anda. Setelah itu kita obati kekecewaan dengan menyusuri kota beijing by subway.

Ba'da isyak, Dormitory V NDHU Taiwan...20 oktober 2015


Featured Review
Check back soon
Once posts are published, you’ll see them here.
Tag Cloud
bottom of page